Terapi Terkini Gangguan Kecemasan
Terapi Terkini Gangguan Kecemasan
![]() |
pic. google.com |
Sudah 8 tahun saya berkecimpung di dunia psikiatri sebagai psikiater dan 4 tahun sebelumnya sebagai akseptor bimbing di RSCM-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Itu artinya sudah 12 tahun saya berhadapan dengan pasien-pasien gangguan psikiatri.
Sepulang dari Amerika Serikat mengikuti kursus psikosomatik di sana tahun 2010 saya memutuskan untuk lebih fokus menangani kasus-kasus psikosomatik yang biasanya dilatarbelakangi oleh gangguan cemas.
Tipe Gangguan Cemas
Gangguan cemas mempunyai banyak sekali macam tipe. Dalam praktek sehari-hari yang sering dihadapi sehari-hari yaitu gangguan cemas panik (lebih sering disebut gangguan panik) dan gangguan cemas menyeluruh.
Tipe gangguan cemas lain ibarat Fobia Sosial, Fobia Spesifik, Gangguan Cemas Pasca Trauma dan Gangguan Obsesif Kompulsif juga sering ditemukan walaupun dalam persentase yang lebih sedikit.
Gangguan cemas menjadi menarik untuk didalami alasannya yaitu kebanyakan muncul sebagai keluhan fisik yang menciptakan pasien tiba pertama kali ke dokter non-psikiater. Dokter Jantung, dokter saraf dan dokter penyakit dalam yaitu beberapa dokter yang sering didatangi oleh pasien gangguan kecemasan.
Gejala fisik ibarat jantung berdebar, gangguan lambung berkepanjangan, sesak nafas, kelelahan kronis dan rasa nyeri yang tidak terang yaitu beberapa keluhan utama yang sering ditemukan. Pasien biasanya tiba ke psikiater dikala sudah lelah berkunjung ke banyak dokter dan tidak menemukan adanya dasar dari gejalanya tersebut.
Hal inilah yang menciptakan duduk kasus pada pasien menjadi lebih kompleks, apalagi jikalau dokter yang menangani tidak pernah menyingung kemungkinan adanya duduk kasus gangguan psikiatri yang menjadi dasar tanda-tanda fisik yang dialami pasien.
Terapi Gangguan Kecemasan
Jika memeriksa pada kondisi pasien cemas, tentunya terapi di bidang psikiatri berkaitan dengan bagaimana menghilangkan kecemasan pasien. Artinya, secara gampang diingat pasien diterapi dengan mengggunakan obat yang mempunyai dampak anticemas.
Obat anticemas yang selama ini dikenal di kalangan dokter yaitu obat golongan benzodiazepine. Obat ini yaitu obat yang mempunyai dampak menenangkan dengan berfokus menekan fungsi GABA di otak. EFeknya buat pasien dapat menenangkan (sedasi) dan atau juga menciptakan tidur (hipnotik).
Beberapa jenis obat ini dengan nama generik yang dikenal di pasaran yaitu alprazolam, diazepam, clonazepam, clobazam, estazolam. Merek obat ini tentunya banyak macamnya alasannya yaitu sudah dikenal luas di kalangan dokter dan juga masyarakat.
Dulu bahkan masyarakat dari ekspresi ke ekspresi mengetahui obat jenis ini dan membelinya sendiri sebagai obat tidur. Tidak heran ditemukan banyak sekali macam kasus ketergantungan obat ini hingga tahunan alasannya yaitu penggunaannya yang tidak tepat.
Sebenarnya semenjak beberapa tahun belakangan ini terapi gangguan kecemasan sudah beralih dari penggunaan benzodiazepine ke penggunaan obat-obat antidepresan golongan SSRI dan SNRI. Dalam International Journal of Psychiatry in Clinical Practice,2012; 16: 77–84.
Terapi lini pertama dan yang direkomendasikan pada penggunaannya di klinik yaitu obat-obat SSRI dan SNRI. Secara ilmiah obat SSRI dan SNRI ini mempunyai level of evidence A dan direkomendasikan dalam praktek sehari hari sebagai terapi pertama (level of recommendation : 1).
Sedangkan penggunan anticemas untuk kasus gangguan kecemasan terbatas untuk gangguan panik dan gangguan cemas menyeluruh dapat dilihat pada tabel ini (sumber International Journal of Psychiatry in Clinical Practice,2012; 16: 77–84)
Dari tabel itu dapat diketahui bahwa level of evidence penggunaan benzodiazepine yaitu A tapi direkomendasikan di dalam klinik sebagai lini kedua. Artinya, jikalau ada obat antidepresan SSRI atau SNRI maka penggunaan benzodiazepine hanya dimaksudkan untuk rekomendasi kedua.
sumber