S A N T R I

SANTRI

Beredar video seorang santri yang membawa kardus dan tas tebal ditodong beberapa Brimob di pinggir jalan. Sambil marah² dan kesal, santri tadi mengoyak² kardus yang beliau bawa, dan menghambur²kan isi tasnya; baik kardus dan tas yang beliau bawa hanya dipenuhi pakaian.

Kejadian ini berselang sehari sehabis kejadian terkutuk yang "memukul" masyarakat Surabaya dengan agresi teror (ledakan bom bunuh diri) secara berurutan.

Kawan Brimob yang saya kenal memberi tahu bahwa keadaan di Jawa memang lagi disiagakan satu. Hal² yang mencurigakan, baik perorangan maupun barang, harus diperlakukan secara seksama. Agar tidak terjadi kejadian yang sama: sosok mencurigakan mendekati kerumunan, dan tiba-tiba meledak.

Beberapa kantor yang menerapkan CCTV dan pendaftaran masuk pun menerapkan kendali yang sama; jikalau dulu cukup hanya finger print atau ID Card, kali ini harus digeledah isi tas dan barang bawaan.

Kembali ke santri tadi.

Kabar yang hingga ke saya (insyaallah valid), si santri tadi hendak pulang alasannya yaitu pesantrennya libur di bulan puasa. Dia mau posonan (tradisi ngaji kilat) ke pesantren lain, namun pingin pulang dahulu ke rumah.

Dia patut kesal. Karena dipermalukan di tengah jalan layaknya teroris yang terjaring. Makanya, beliau kurang begitu kooperatif. Ya alasannya yaitu kesal saja. Tapi dalam hati bergotong-royong beliau tidak ada masalah.

Bagi santri ibarat saya, atau Anda yang pernah mengalaminya, pulang liburan sudah barang tentu membawa bekal berupa kardus dan tas yang dijejali pakaian (dan beberapa kitab). Di Kudus masih nampak santri yang beginian.

Setelah mendapati isi kardus dan tas si santri tadi, petugas Brimob pun menurunkan senjata laras panjangnya. Mereka meminta maaf dikarenakan telah memperlakukannya tidak layak di muka umum. Dan balasannya diajak ngopi dan ngobrol.

Di media umum saya tidak menemukan cibiran pada pegawapemerintah kepolisian. Banyak yang memaklumi. Beberapa santri dan kiai pun permisif dengan tindakan aparat.

"Kita sedang waspada. Teroris sanggup menyamar menjadi apa saja. Harga keamanan itu jauh lebih mahal daripada kekesalan yang dialami santri ataupun siapa saja yang mengalami penggeledehan yang sama."

Begitu. Dan sudah. Tidak ada agresi yang berlebihan.

Tapi...

Hanya akun-akun yang tidak berhubungan ke NU (yang namanya pesantren salaf terperinci Nahdliyin lah) yang berupaya keras menggiring kejadian tadi dengan sangat zalim: pegawapemerintah polisi mendiskriminasi Islam, pemerintah sedang terserang Islamophobia (ketakutan pada Islam), Brimob anti-Islam, dan #2019GantiPresiden.

Betul!

Ada upaya mem-framing kejadian itu ke arah yang lebih politis. Dan ternyata bukan dari NU.

Tidak perlu nDakik² untuk melihat kejadian santri tadi; tindakan kepolisian sudah benar, dan jangan hingga Anda terbawa ke opini prematur yang sesat.

Untuk mengetahuinya hanya diharapkan satu hal: nalar sehat!

Foto: sehabis saling paham dan terkotori kafein (baca: kopi), keduanya pun saling pengertian

Re-post dari https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10216761072047549&id=1484915878


close
Banner iklan disini