Makanan Dapur Di Pesantren Oleh : Mang Salman

💎 Makanan Dapur di pesantren
Oleh : Mang Salman

Ada satu kebiasaan emak emak, ketika berkunjung ke pesantren, ceritanya jenguk anaknya.
Biasanya setiap 2 pekan sekali kita berikan kesempatan buat orang bau tanah untuk nengok. Meski sekadar ngobrol, makan di kantin, atau beli seabrek amunisi buat buah hatinya,yang penting nongol aja dulu, temuin tuh anak sholgan nya.hehehe.

Saat itu sempat aku tanya sama seorang ibu yang membawa beberapa kardus besar menuju kamar anaknya.
“ Bawa apa bu?”
Sang ibu, tersenyum, sambil mesem mesem “ ini stok kuliner buat anak aku ustadz, hehehe”ujarnya.
“ anak aku susah makan di dapur, gak yummy rasanya, jadi aku bawain stok kuliner supaya gak kelaparan” lanjutnya.
Saya tertegun, lantas aku sampaikan, “ bu, silakan dibawa lagi semua kardus makanannya”
“tapi ustadz?” tanyanya.
“ bawa aja bu, nanti aku jelasin “ tegasku

Lantas ketika itu aku jelaskan, bahwa pesantren mempunyai kebijakan untuk tidak membawa stok kuliner dalam jumlah yang cukup banyak, selain akan menghabiskan banyak tempat, juga akan menciptakan anak cenderung konsumtif dengan kuliner berpengawet ini.

Tapi mommy mommy semuanya, bukan itu titik tekannya,
Saat anak di pesantren ada hal hal yang sengaja kita persiapkan untuk mereka di masa depan.
Ayolah, kita coba terbuka sedikit, mereka gak akan mati hanya dengan kuliner dapur yang bebas dari penyedap rasa.

Kalau dulu mereka terbiasa dengan junk food, KFC, atau apalah,
Maka mereka harus terbiasa dengan sajian yang sanggup jadi 10 tahun yang akan tiba menjadi keseharian mereka.
.
Loh? Kita gak tahu masa depan mereka moms!
Kita sanggup aja berharap bahwa kondisi ekonomi mereka baik baik saja, tapi, siapa yang tahu !

Makanan dapur, yakni sarana meningkatkan daya juang mereka, mau gak mau, yummy gak enak, mereka harus makan! Kalau enggak, mereka akan kelaparan, bila sudah lapar, percaya sama aku bu, ujung ujungnya mereka akan makan tuh kuliner dapur yang katanya gak doyan,

Ini ada nilai filosofisnya bu! Menu ayam goreng yang biasa di makan di rumah, menjadi sajian istimewa ketika di pesantren, bahkan mereka rela antri hanya untuk mendapatkan sepotong ayam goreng yang gak berpenyedap rasa itu.

Pernah seorang ibu kisah sambil berurai air mata, biasanya untuk mengobati rasa kangen orang tua, kita sering share foto anak anak sehari hari, liat anaknya ngantri makan sambil bawa piring ama gelas, ibu itu histeris
“Ustadz, di rumah anak aku gak pernah ngantri kayak gini, semuanya sudah disiapin sama pembantu, makan tinggal makan, apalagi harus hingga basuh piring kayak gitu, duh lanang ku”
ketika itu, aku ingin sekali bilang sama sang ibu, Please bu, jangan lebay!, tapi urung, sedang yang keluar dari verbal aku ketika itu “ Insya Allah ini akan melatih daya juang anak ibu di masa depan”

Makan di dapur tak hanya sekadar menu, namun ada pelajaran lain yang sedang kita bina, ada kesederhanaan, senasib sepenanggungan, lapang dada, dan mendapatkan apa adanya, ada pelajaran ngantri semoga anak mencar ilmu sabar, faham hak dirinya dan orang lain, administrasi waktu, dll.

Mereka yang masih nyelak(nyerobot), akan gagal, dan terus dilatih hingga sanggup tertib, yang gak tiba sesuai waktu, akan menerima pelajaran betapa berharganya waktu yang dimiliki untuk menerima sesuap nasi.

Intinya kuliner dapur mempunyai nilai pendidikan yang gak akan didapatkan anak di rumah, apalagi bila orang bau tanah masih mengirim stok kuliner untuk anak anaknya, yah bila sekali dua kali gak masalah, tapi bila hingga berulang, mending jangan, gak mendidik!

Makara daripada bawain buat buah hatinya, mending bawain buat musyrifnya yang selama ini jagain mereka, ups!(keceplosan)

Ingat, kunjungan kali ini, jangan bawa kardus kuliner lagi yah bu, cukup ajak ke restoran, atau kawasan makan di sekitar pesantren saja.

Selamat berkunjung !
NB : kenyataanya, kuliner di dapur gak semengerikan yang diceritakan anak anak kita bu, berani coba?

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2613449625339229&id=100000226508426

 pekan sekali kita berikan kesempatan buat orang bau tanah untuk nengok Makanan Dapur di pesantren  Oleh : Mang Salman

close
Banner iklan disini