Korupsi Di Pertamina. (Bisnis Dan Hukum)
Korupsi di Pertamina.
(Bisnis dan hukum)
By : Babo EJB
Anda semua tahu Petral, Pertamina Energy Trading Ltd? Hasil audit forensik terhadap Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) menyebutkan terjadi anomali dalam pengadaan minyak pada 2012-2014. Berdasarkan temuan forum auditor Kordha Mentha, jaringan cecunguk minyak dan gas (migas) menguasai kontrak suplai minyak senilai US$ 18 miliar atau sekitar Rp 250 triliun selama tiga tahun. Bayangin sekian ribu karyawan Pertamina tidak berkutik dengan para cecunguk rakus itu. Tidak ada karyawan yang demo lantaran itu. Semua sanggup saja kecipratan transaksi haram itu. Itu hanya tiga tahun. Gimana sebelumnya. Akan lebih besar lagi, sangat besar.
Apakah itu saja? Tidak. Masih banyak lagi. Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI). Itu skandal yang sangat canggih. Ini skandal kerjasama memproduksi BBM antara Pertamina dan TPPI. Dimana TPPI produksi, yang materi bakunya berasal dari BPMigas dan alhasil dijual kepada Pertamina. TPPI tidak pernah bayar materi baku itu ke pemerintah ( BPmigas) tapi dibayar ke Pertamina dengan harga mark up. Selama 10 tahun Pertamina dirugikan sebesar Rp. 22 triliun. Pelaku utama kabur keluar negeri. Selama 10 tahun itu direksi dan karyawan Pertamina ngapain aja?
Bahkan uang pensiun pegawai yang dikelola oleh Dapen Pertamina pun tidak luput dari bancakan. Caranya sangat smart. Dapen Pertamina memakai dana pensiun untuk membeli saham yang tidak likuid dan sulit diperdagangkan. Total kerugian dalam perkara ini ditaksir senilai Rp1,4 triliun. Anehnya selama 2 tahun transaksi ini terjadi tanpa diketahui. Investasi bodong itu terjadi lantaran para petinggi Dapen Pertamina mengabaikan adanya kajian, mengabaikan Prosedur Transaksi Pembelian dan Penjualan Saham. Begitu banyak orang pintar di Pertamina, tapi lantaran mental korup sanggup dengan gampang dibegoin oleh Edward Soeryadjaya.
Bahkan dana CSR pun dibancakin. Pertamina Foundation menerima dana CSR dari Pertamina untuk kegiatan penanaman 100 juta pohon. Tetapi dari relawan hingga pohonnya diselewengkan. Lebih banyak fiktifnya. Jumlah Rp. 126 miliar yang diselewengkan itu tanpa keterlibatan para petinggi dan karyawan Pertamina tidak akan terjadi. Hebatnya pelaku utamanya Nina Nurlina, sebelum perkara ini terkuak ialah Capim KPK. Orangnya dikenal auditor tangguh dan sangat agamais.
Sebetulnya masih banyak lagi skandal di dalam Pertamina ibarat dugaan korupsi pada pengadaan 3 megaproyek kapal tanker PT Pertamina, pelepasan asset yang merugikan negara, dan lainnya ibarat akuisisi blok migas di luar negeri. Yang terang patut dipertanyakan ialah mengapa perintah Jokowi biar PT Pertamina (Persero) membangun kilang baru, tapi hingga kini tidak dikerjakan? Tidak perlu orang cerdas untuk tahu bahwa direksi Pertamina ikut bermain di balik tidak terealisasinya pembangunan kilang-kilang minyak Pertamina. Mengapa? untuk menjamin laba bisnis bagi pengusaha rente.
Makara SDM Pertamina dari tingkat atas hingga bawah sudah terlalu nyaman hidup dalam budaya rente dan korup. Itu sebabnya mereka menolak Ahok jadi Dirut. Yang terang bila nanti mereka demo tolak Ahok, itu yang jadi bandar ialah cukong cecunguk migas di belakang mereka.
⭕
(Bisnis dan hukum)
By : Babo EJB
Anda semua tahu Petral, Pertamina Energy Trading Ltd? Hasil audit forensik terhadap Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) menyebutkan terjadi anomali dalam pengadaan minyak pada 2012-2014. Berdasarkan temuan forum auditor Kordha Mentha, jaringan cecunguk minyak dan gas (migas) menguasai kontrak suplai minyak senilai US$ 18 miliar atau sekitar Rp 250 triliun selama tiga tahun. Bayangin sekian ribu karyawan Pertamina tidak berkutik dengan para cecunguk rakus itu. Tidak ada karyawan yang demo lantaran itu. Semua sanggup saja kecipratan transaksi haram itu. Itu hanya tiga tahun. Gimana sebelumnya. Akan lebih besar lagi, sangat besar.
Apakah itu saja? Tidak. Masih banyak lagi. Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI). Itu skandal yang sangat canggih. Ini skandal kerjasama memproduksi BBM antara Pertamina dan TPPI. Dimana TPPI produksi, yang materi bakunya berasal dari BPMigas dan alhasil dijual kepada Pertamina. TPPI tidak pernah bayar materi baku itu ke pemerintah ( BPmigas) tapi dibayar ke Pertamina dengan harga mark up. Selama 10 tahun Pertamina dirugikan sebesar Rp. 22 triliun. Pelaku utama kabur keluar negeri. Selama 10 tahun itu direksi dan karyawan Pertamina ngapain aja?
Bahkan uang pensiun pegawai yang dikelola oleh Dapen Pertamina pun tidak luput dari bancakan. Caranya sangat smart. Dapen Pertamina memakai dana pensiun untuk membeli saham yang tidak likuid dan sulit diperdagangkan. Total kerugian dalam perkara ini ditaksir senilai Rp1,4 triliun. Anehnya selama 2 tahun transaksi ini terjadi tanpa diketahui. Investasi bodong itu terjadi lantaran para petinggi Dapen Pertamina mengabaikan adanya kajian, mengabaikan Prosedur Transaksi Pembelian dan Penjualan Saham. Begitu banyak orang pintar di Pertamina, tapi lantaran mental korup sanggup dengan gampang dibegoin oleh Edward Soeryadjaya.
Bahkan dana CSR pun dibancakin. Pertamina Foundation menerima dana CSR dari Pertamina untuk kegiatan penanaman 100 juta pohon. Tetapi dari relawan hingga pohonnya diselewengkan. Lebih banyak fiktifnya. Jumlah Rp. 126 miliar yang diselewengkan itu tanpa keterlibatan para petinggi dan karyawan Pertamina tidak akan terjadi. Hebatnya pelaku utamanya Nina Nurlina, sebelum perkara ini terkuak ialah Capim KPK. Orangnya dikenal auditor tangguh dan sangat agamais.
Sebetulnya masih banyak lagi skandal di dalam Pertamina ibarat dugaan korupsi pada pengadaan 3 megaproyek kapal tanker PT Pertamina, pelepasan asset yang merugikan negara, dan lainnya ibarat akuisisi blok migas di luar negeri. Yang terang patut dipertanyakan ialah mengapa perintah Jokowi biar PT Pertamina (Persero) membangun kilang baru, tapi hingga kini tidak dikerjakan? Tidak perlu orang cerdas untuk tahu bahwa direksi Pertamina ikut bermain di balik tidak terealisasinya pembangunan kilang-kilang minyak Pertamina. Mengapa? untuk menjamin laba bisnis bagi pengusaha rente.
Makara SDM Pertamina dari tingkat atas hingga bawah sudah terlalu nyaman hidup dalam budaya rente dan korup. Itu sebabnya mereka menolak Ahok jadi Dirut. Yang terang bila nanti mereka demo tolak Ahok, itu yang jadi bandar ialah cukong cecunguk migas di belakang mereka.
⭕