Bmkg: Ini Alasan Kenapa Sepekan Terakhir Matahari Begitu Terik

BMKG: Ini Alasan Kenapa Sepekan Terakhir Matahari Begitu Terik

 Ini Alasan Kenapa Sepekan Terakhir Matahari Begitu Terik BMKG: Ini Alasan Kenapa Sepekan Terakhir Matahari Begitu Terik
pic. google.com

TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mempunyai balasan kenapa sepekan terakhir matahari begitu terik. Penyebabnya yaitu isu terkini kemarau yang sedang mencapai puncaknya, khususnya di Pulau Jawa dan Kepulauan Nusa Tenggara.

"Wilayah yang terdampak kekeringan di Indonesia dengan lebih dari 60 hari tidak terjadi hujan, yaitu sekitar Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali belahan barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur," kata Ramlan, Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, awal pekan ini.

Secara umum, pada isu terkini ini, kategori isu terkini kering masih normal. Namun isu terkini kering di beberapa wilayah di Jawa sampai NTT di atas normal. Faktor yang mengakibatkan normalnya cuaca atau iklim, ibarat faktor global, yaitu tidak adanya kondisi El Nino atau La Nina yang menguat.

"Faktor regional hanya dipengaruhi angin Monsun serta beberapa faktor lokal di wilayah masing-masing, ibarat pegunungan, pesisir, dan sekitar teluk," ujarnya. Ramlan memperkirakan isu terkini hujan di Pulau Jawa gres akan terjadi pada Oktober-November 2017.

Untuk menunggu datangnya hujan, Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Klimatologi dan Kualitas Udara BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengimbau masyarakat menghemat penggunaan air. "Lebih manis bila dapat disimpan," ucapnya.

Selain itu, Ardhasena meminta masyarakat meragukan musibah pada masa transisi dari isu terkini kemarau ke hujan, ibarat angin kencang, puting beliung, dan gelombang tinggi. Untuk wilayah Pulau Jawa, massa transisi itu terjadi pada September.

Selain itu, kata dia, potensi kebakaran hutan, khususnya di tempat Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah belahan selatan, Jambi, Sulawesi Selatan, dan Riau. "Kondisi kering begini biasanya potensi kebakaran hutan besar," tuturnya.

Kondisi kering tersebut juga sedikit-banyak berdampak terhadap panen padi petani. Karena itu, BMKG mengimbau para petani mengganti padi dengan flora holtikultura yang tidak membutuhkan banyak air.

sumber

close
Banner iklan disini